Pada hari Minggu Palma, Gereja mengenangkan peristiwa Kristus Tuhan memasuki Kota Yerusalem untuk menggenapi misteri Paskah-nya. Dalam semua misa peristiwa ini hendaknya diperingati dengan salah satu cara berikut: 1. Perarakan atau 2. Upacara masuk meriah sebelum misa utama, 3. Upacara masuk sederhana sebelum misa-misa lain.
A. Cara Pertama: Perarakan
Pada jam yang ditentukan umat beriman berhimpun di kapel atau tempat yang layak di luar gedung gereja yang menjadi tujuan perarakan. Umat memegang daun palma atau ranting dedaunan.
Imam dan Diakon, dengan mengenakan busana liturgi bewarna merak, didampingi para pelayan yang lain, menuju tempat umat berkumpul. Sebagai ganti kasula, Imam dapat mengenakan pluviale; setelah perarakan selesai, pluviale ditanggalkan dan diganti kasula.
Ketika perarakan mulai bergerak menuju gereja tempat misa akan dirayakan, jika dipakai dupa, seorang pelayan dupa berjalan paling depan sambil mengayun-ayunkan pedupaan yang berasap; menyusul seorang pelayan pembawa salib yang (seturut kebiasaan setempat) dihias dengan daun palma, diapit oleh dua pelayan yang membawa lilin menyala. Menyusul Diakon yang membawa Evangeliarium, Imam dan para pelayan lain, dan akhirnya seluruh umat, yang berarak sambil melambai-lambaikan daun palma. Sementara perarakan berlangsung dilagukan nyanyian-nyanyian yang sesuai untuk menghormati Raja Kristus. Misalnya Anak-anak Ibrani (PS 492), Kristus Jaya (PS 548), Kau Kristus Raja Pemenang (PS 495)
Setelah tiba di altar, Imam menghormati altar dan mendupainya. Lalu Imam pergi ke tempat duduk, menanggalkan pluviale dan mengenakan kasula. Dengan menghilangkan bagian-bagian ritus pembuka misa, termasuk, bila ada, Kyrie, Imam langsung mengucapkan doa pembuka. Kemudian misa dilanjutkan seperti biasa. Semua nyanyian menggunakan nyanyian Sengsara (misalnya PS 479-490, 508-512)
B. Cara Kedua: Upacara Masuk Meriah
Kalau perarakan di luar gereja tidak dapat dilaksanakan, peristiwa Yesus memasuki Kota Yerusalem dirayakan di dalam gereja dengan upacara meriah sebelum misa utama.
Umat berkumpul di depan pintu gereja atau di dalam gereja sambil memegang daun palma. Imam, para pelayan, dan para wakil umat pergi ke tempat yang cocok di dalam gereja -bukan di panti imam- yang dapat dilihat oleh sebagian besar umat yang hadir.
Sementara Imam dan para pelayan pergi ke tempat tersebut, dilagukan antifon "Hosana bagi Putra Daud" atau nyanyian lain yang sesuai. Kemudian Imam memberkati daun palma dan membacakan Injil tentang Yesus memasuki Kota Yerusalem. Sesudah pembacaan Injil, Imam, para pelayan dan wakil umat berarak di dalam gereja memasuki panti Imam. Sementara itu, dilagukan responsorium "Ketika Tuhan memasuki" atau nyanyian lain yang sesuai.
Setelah tiba di altar, Imam menghormati altar, lalu menuju tempat duduk. Dengan menghilangkan bagian-bagian ritus pembuka misa, termasuk bila ada, Kyrie, Imam langsung mengucapkan doa pembuka. Kemudian misa dilanjutkan seperti biasa.
C. Cara Ketiga: Upacara Masuk Sederhana:
Dalam semua misa lain pada hari Minggu Palma, apabila tidak dapat diadakan upacara masuk meriah, peristiwa Tuhan memasuki Kota Yerusalem diperingati dengan upacara masuk sederhana.
Waktu Imam menuju altar dilagukan antifon pembuka dengan mazmurnya atau nyanyian lain yang sesuai. Setelah tiba di altar, Imam menghormati altar, lalu menuju ke tempat duduk. Sesudah membuat tanda salib, Imam memberi salam kepada umat. Kemudian misa dilanjutkan seperti biasa. Dalam misa-misa yang lain, apabila tidak dilagukan nyanyian Pembuka, Imam-sesudah tiba di altar-menghormati altar, menyampaikan salam kepada umat, membacakan antifon pembuka, dan melanjutkan misa seperti biasa.
Kisah Sengsara Tuhan dibawakan dengan meriah. Dianjurkan untuk membacakan atau menyanyikannya secara tradisional oleh tiga orang: yang mengambil alih peran Kristus, Penginjil dan Umat. Harus dibawakan oleh para Diakon atau Imam; atau, bila tidak ada, oleh lektor. Dalam hal ini peran Kristus dikhususkan bagi imam. Pada pewartaan Kisah Sengsara ini tidak dinyalakan lilin. Dupa, salam bagi umat dan penandaan salib pada buku ditiadakan. Hanya para diakon sebelumnya mohon berkat imam, seperti pada Pembacaan Injil. Karena manfaat rohani kaum beriman, Kisah Sengsara dibawakan seutuhnya dan bacaan-bacaan sebelumnya tidak boleh dilewati.
Minggu Palma adalah pintu masuk Pekan Suci. Dapat dirayakan
mulai Sabtu sore. Minggu Palma menghadirkan dua peristiwa yang kontradiktif: diawali dengan perayaan meriah dan dilanjutkan dengan peringatan sengsara, tidak tepat jika sesudah doa pembuka menggunakan nyanyian meriah.
Sumber:
Buku Pekan Suci, Komisi Liturgi KAJ 2014
Misa Minggu dan Hari Raya, Kanisius 2011
Surat Edaran Perayaan Paskah dan Persiapannya, Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen, 16 Januari 1988.