Pages

Subscribe:

Selasa, 10 Maret 2015

Santa Perpetua dan Felisitas (diperingati 7 Maret)

Pepertua dan Felisitas adalah martir-martir Kristiani pada abad ke -3. Pepertua lahir tahun 181. Ia menikah pada usia 22 tahun; seorang wanita bangsawan dan seorang ibu yang bekerja sebagai perawat. Ia menjadi martir bersama Felisitas, hambanya, seorang ibu yang sedang menantikan kelahiran anaknya. Mereka bersama-sama menderita di Kartago, Afrika Utara, daerah jajahan Roma.
Di dalam Passion of St. Perpetua, St. Felicitas and their Companions dikatakan bahwa sekitar tahun 203 ada 5 orang katekumen, di antaranya Perpetua dan Felisitas, ditangkap dan dibunuh karena iman mereka. Tanggal kemartiran mereka secara tradisional ditetapkan 7 Maret tahun 203.
Pada hari pelaksanaan hukuman, 5 orang itu dibawa ke Amphiteater. Atas permintaan rakyat banyak mereka mendapatkan hukuman yang pertama. Lalu seekor babi, seekor beruang dan seekor macan tutul menyerang yang laki-laki, sedangkan sapi buas menyerang yang perempuan. Mendapat luka dari binatang-binatang buas itu, mereka malahan saling memberi cium damai satu sama lain. Kemudian mereka dibunuh dengan pedang. Namun, Perpetua, yang mungkin merasa sakit ditembusi di antara tulang-tulang dan menjerit. Dan ketika tangan penghunus pedang masih bermain-main karena ia masih belum terlatih, Perpetua sendiri menyambar pedang itu dan meletakkan di lehernya sendiri. Begitu agungnya wanita ini tak bisa dibunuh oleh yang lain. Karena takut akan roh jahat yang bisa menghalanginya, ia sendiri melakukan karena ia begitu menginginkan kemartiran itu. Demikianlah akhir dari "Acta". Tubuh mereka diuburkan di Kartago.
Kemudian, di Kartago, sebuah basilika yang mengagumkan didirikan di atas makam para martir yaitu Basilika Maiorum. Di basilika ini sebuah prasasti kuno menyebarkan nama-nama para martir. Nama Perpetua dan Felisitas juga ditemukan di sana. Santa Perpetua dan Felisitas adalah dua dari tujuh wanita yang disebut namanya pada bagian kedua Kanon Misa. Hari Pesta Santa Perpetua dan Felisitas adalah tanggal 7 Maret.
Kata-kata terakhir Perpetua untuk kakaknya: "Berdirilah teguh dalam iman dan saling mengasihi." Santa Perpetua dan Felisitas wafat tanggal 7 Maret 203 di Kartago. Peringatannya dirayakan setiap tanggal 7 Maret.

Katekese Liturgi: Minggu Palma

Pada hari Minggu Palma, Gereja mengenangkan peristiwa Kristus Tuhan memasuki Kota Yerusalem untuk menggenapi misteri Paskah-nya. Dalam semua misa peristiwa ini hendaknya diperingati dengan salah satu cara berikut: 1. Perarakan atau 2. Upacara masuk meriah sebelum misa utama, 3. Upacara masuk sederhana sebelum misa-misa lain.
A. Cara Pertama: Perarakan 
Pada jam yang ditentukan umat beriman berhimpun di kapel atau tempat yang layak di luar gedung gereja yang menjadi tujuan perarakan. Umat memegang daun palma atau ranting dedaunan.
Imam dan Diakon, dengan mengenakan busana liturgi bewarna merak, didampingi para pelayan yang lain, menuju tempat umat berkumpul. Sebagai ganti kasula, Imam dapat mengenakan pluviale; setelah perarakan selesai, pluviale ditanggalkan dan diganti kasula.
Ketika perarakan mulai bergerak menuju gereja tempat misa akan dirayakan, jika dipakai dupa, seorang pelayan dupa berjalan paling depan sambil mengayun-ayunkan pedupaan yang berasap; menyusul seorang pelayan pembawa salib yang (seturut kebiasaan setempat) dihias dengan daun palma, diapit oleh dua pelayan yang membawa lilin menyala. Menyusul Diakon yang membawa Evangeliarium, Imam dan para pelayan lain, dan akhirnya seluruh umat, yang berarak sambil melambai-lambaikan daun palma. Sementara perarakan berlangsung dilagukan nyanyian-nyanyian yang sesuai untuk menghormati Raja Kristus. Misalnya Anak-anak Ibrani (PS 492), Kristus Jaya (PS 548), Kau Kristus Raja Pemenang (PS 495)
Setelah tiba di altar, Imam menghormati altar dan mendupainya. Lalu Imam pergi ke tempat duduk, menanggalkan pluviale dan mengenakan kasula. Dengan menghilangkan bagian-bagian ritus pembuka misa, termasuk, bila ada, Kyrie, Imam langsung mengucapkan doa pembuka. Kemudian misa dilanjutkan seperti biasa. Semua nyanyian menggunakan nyanyian Sengsara (misalnya PS 479-490, 508-512)
B. Cara Kedua: Upacara Masuk Meriah
Kalau perarakan di luar gereja tidak dapat dilaksanakan, peristiwa Yesus memasuki Kota Yerusalem dirayakan di dalam gereja dengan upacara meriah sebelum misa utama.
Umat berkumpul di depan pintu gereja atau di dalam gereja sambil memegang daun palma. Imam, para pelayan, dan para wakil umat pergi ke tempat yang cocok di dalam gereja -bukan di panti imam- yang dapat dilihat oleh sebagian besar umat yang hadir.
Sementara Imam dan para pelayan pergi ke tempat tersebut, dilagukan antifon "Hosana bagi Putra Daud" atau nyanyian lain yang sesuai. Kemudian Imam memberkati daun palma dan membacakan Injil tentang Yesus memasuki Kota Yerusalem. Sesudah pembacaan Injil, Imam, para pelayan dan wakil umat berarak di dalam gereja memasuki panti Imam. Sementara itu, dilagukan responsorium "Ketika Tuhan memasuki" atau nyanyian lain yang sesuai.
Setelah tiba di altar, Imam menghormati altar, lalu menuju tempat duduk. Dengan menghilangkan bagian-bagian ritus pembuka misa, termasuk bila ada, Kyrie, Imam langsung mengucapkan doa pembuka. Kemudian misa dilanjutkan seperti biasa.
C. Cara Ketiga: Upacara Masuk Sederhana: 
Dalam semua misa lain pada hari Minggu Palma, apabila tidak dapat diadakan upacara masuk meriah, peristiwa Tuhan memasuki Kota Yerusalem diperingati dengan upacara masuk sederhana.
Waktu Imam menuju altar dilagukan antifon pembuka dengan mazmurnya atau nyanyian lain yang sesuai. Setelah tiba di altar, Imam menghormati altar, lalu menuju ke tempat duduk. Sesudah membuat tanda salib, Imam memberi salam kepada umat. Kemudian misa dilanjutkan seperti biasa. Dalam misa-misa yang lain, apabila tidak dilagukan nyanyian Pembuka, Imam-sesudah tiba di altar-menghormati altar, menyampaikan salam kepada umat, membacakan antifon pembuka, dan melanjutkan misa seperti biasa.
Kisah Sengsara Tuhan dibawakan dengan meriah. Dianjurkan untuk membacakan atau menyanyikannya secara tradisional oleh tiga orang: yang mengambil alih peran Kristus, Penginjil dan Umat. Harus dibawakan oleh para Diakon atau Imam; atau, bila tidak ada, oleh lektor. Dalam hal ini peran Kristus dikhususkan bagi imam. Pada pewartaan Kisah Sengsara ini tidak dinyalakan lilin. Dupa, salam bagi umat dan penandaan salib pada buku ditiadakan. Hanya para diakon sebelumnya mohon berkat imam, seperti pada Pembacaan Injil. Karena manfaat rohani kaum beriman, Kisah Sengsara dibawakan seutuhnya dan bacaan-bacaan sebelumnya tidak boleh dilewati.
Minggu Palma adalah pintu masuk Pekan Suci. Dapat dirayakan
mulai Sabtu sore. Minggu Palma menghadirkan dua peristiwa yang kontradiktif: diawali dengan perayaan meriah dan dilanjutkan dengan peringatan sengsara, tidak tepat jika sesudah doa pembuka menggunakan nyanyian meriah.
Sumber: 
Buku Pekan Suci, Komisi Liturgi KAJ 2014
Misa Minggu dan Hari Raya, Kanisius 2011
Surat Edaran Perayaan Paskah dan Persiapannya, Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen, 16 Januari 1988.

Fungsi Vimpa


VIMPA adalah kain yang dikenakan di atas bahu akolit/misdinar untuk memegang mitra dan tongkat ketika tidak digunakan oleh uskup dalam perayaan Ekaristi. Fungsi VIMPA adalah untuk menunjukkan kepada jemaat bahwa orang yang membawa mitra / tongkat tidak memiliki kekuasaan/kewenangan sebagai seorang uskup. Sering terjadi, VELUM yang seharusnya digunakan untuk Sakramen Mahakudus digunakan sebagai VIMPA.